Dalam bahasa Jepang, terdapat berbagai pilihan ketika kita ingin mengekspresikan diri sendiri, misalnya: kata "Saya", dapat diekspresikan dengan kata "watakushi", "ore", "atashi", "uchi", atau "washi".
Pada Novel terbaru karya Haruki Murakami, "The City and its Uncertain Walls", yang mengisahkan dua cerita paralel menarik, dimana cerita pertamanya berfokus pada seorang anak laki-laki berusia 17 tahun, sementara cerita kedua mengikuti kehidupan seorang pria berusia 45 tahun, para pembaca versi terjemahan bahasa Inggris akan secara bertahap menyadari adanya dua dunia tersebut, karena setiap narator orang pertama masing-masing membangun latarnya dalam novel ini. Bagi pembaca versi asli bahasa Jepang, paralelnya akan langsung terlihat sejak halaman pertama bab lima.
Dalam teks asli bahasa Jepang The City and its Uncertain Walls, ketika narator orang pertama bergeser dari menggunakan boku ke watashi, hal ini menunjukkan adanya serah terima yang jelas dari satu narator (cerita anak laki-laki) ke narator lain (cerita pria). Perubahan ini bersifat visual (ditulis secara berbeda) dan audial (diucapkan secara berbeda), sehingga menjadi penanda pengenalan yang sederhana untuk masing-masing dari kedua dunia tersebut. Karena kurangnya kemungkinan dalam bahasa Inggris, kedua kata tersebut diterjemahkan sebagai “I”.
Tidak seperti kebanyakan di bahasa lain, bahasa Jepang memiliki beberapa ekspresi untuk kata ganti orang pertama “saya”. Selain boku dan watashi yang digunakan oleh narator yang lebih muda dan lebih tua dalam The City and its Uncertain Walls, “Saya” misalnya dapat diekspresikan sebagai watakushi, ore, atashi, uchi, atau washi. Oleh karena itu, pembicara dan penulis bahasa Jepang memiliki banyak pilihan ketika merujuk pada diri sendiri.
Setiap kata ganti dalam bahasa Jepang sarat akan makna, menunjukkan jenis kelamin, usia, pangkat, atau hubungan antar manusia (di antaranya). Jadi, seperti dalam novel-novel Murakami, kemungkinan menggunakan berbagai kata ganti untuk merujuk pada diri sendiri dapat menjadi ekspresi kreativitas.
Pada awal bab dua, narator menceritakan anak laki-laki itu saat mengatakan: “Kamu dan boku [saya] tinggal tidak jauh dari satu sama lain.” Pada bab sepuluh, narator menceritakan cerita pria itu saat menyatakan “Watashi [saya] diberi sebuah rumah kecil di daerah yang disebut Distrik Pejabat.” Bagaimana menafsirkan perbedaan antara watashi dan boku, sebagian tergantung pada pembaca, tetapi jelas bahwa keduanya tidak sama.
Dalam karya sastra, pilihan kata “aku” kemudian menjadi peluang untuk analisis, memungkinkan pembaca untuk menafsirkan identitas dan subjektivitas karakter yang berubah-ubah. Namun, kedalaman kode seperti itu sulit untuk disampaikan ketika teks bahasa Jepang diterjemahkan ke dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris, di mana hanya ada satu cara untuk mengatakan “saya”.
Menerjemahkan kata “saya”
Tanpa opsi alternatif untuk “Saya”, penerjemah dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris harus memikirkan secara hati-hati tentang cara menciptakan kembali kekhasan suara orang pertama dan dunianya masing-masing.
Sebagai solusinya, dalam terjemahan Alfred Birnbaum untuk Hard-Boiled Wonderland and the End of the World, bagian watashi dari novel ini ditulis dalam bentuk lampau, sedangkan bagian boku ditulis dalam bentuk sekarang. Pendekatan temporal yang kontroversial ini memungkinkan pembaca bahasa Inggris untuk merasakan dengan jelas perbedaan antara kedua narator dan dunia mereka. Namun, perbedaan antara boku, watashi, dan ore tidak tercapai dalam bahasa Inggris.
Sebaliknya, dalam terjemahan terbaru Philip Gabriel, The City and its Uncertain Walls, pembaca tidak diberikan bantuan visual atau audio untuk merasakan perbedaan antara bagian tentang anak laki-laki dan laki-laki dewasa. Meskipun pembaca masih akan mendapatkan inti dari dunia paralel, yang terhubung melalui tokoh utama yang terpecah dalam waktu, pengalaman membacanya agak berbeda karena “aku” hanya memiliki satu tampilan, suara dan makna. Sedangkan dalam bahasa Jepang, watashi dan boku berbeda, namun tetap sama.
Novel-novel karyaMurakami kini telah dibaca dalam lebih dari 50 bahasa. Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai penulis global. Namun, penerjemahan selalu merupakan sebuah proses yang mengubah sebuah cerita menjadi sesuatu yang baru. Beragamnya kata untuk “aku” dalam bahasa Jepang merupakan salah satu masalah yang mungkin meminta kita untuk mengakui konteks Jepang yang spesifik dari karya-karya Murakami - bahkan ketika karya-karya tersebut semakin menjadi bagian dari budaya global.
Posting Komentar